Dinar Dirham dan Ilmu Perpustakaan
M. Rasyid Ridho - Pustakawan di Mendikbud
Dalam dunia kelimuawan perpustakaan emas dan perak, tentu berarti Dinar dan Dirham, pun masuk dalam kategori masalah uang dan alat tukar, bukan sebagai komoditas.
Banyak orang telah menyebarkan, menyampaikan informasi dan
pengetahuan tentang Dinar emas dan Dirham perak dari sudut pandang ilmu fiqih
muamalat Islam. Namun, ada hal yang menarik, di mana saya mencoba melihat dari
sudut pandang Ilmu Perpustakaan dan Informasi (Library and Information
Science).
Ilmu Perpustakaan adalah ilmu interdisipliner yang menggabungkan ilmu sosial,
ilmu hukum, dan ilmu terapan untuk mempelajari topik yang berkaitan dengan
perpustakaan. Ilmu perpustakaan ini mempelajari mengenai cara pengumpulan, pengorganisasian,
pengawetan, dan penyebarluasan sumber informasi yang ada di suatu perpustakaan,
serta berkaitan dengan nilai ekonomi dan politis dari informasi pada umumnya.
Secara akademis, mata kuliah dalam ilmu perpustakaan biasanya meliputi:
manajemen koleksi, sistem informasi dan teknologi, kataloging, klasifikasi,
cara pengawetan, referensi, statistika dan manajemen
Salah satu mata kuliah utama yang wajib dikuasai oleh mahasiswa program studi
ini adalah mata kuliah Klasifikasi. Mata kuliah ini mengajarkan sistem
pengklasifikasian disiplin ilmu yang tujuannya untuk mengorganisir ilmu
pengetahuan. Salah satunya yangat
sangat dikenal yaitu DDC singkatan dari Dewey Decimal Classification. Sistem
ini dikembangkan tahun 1876 oleh Melvin Dewey, seorang pustakawan asal Amerika
Serikat yang membagi ilmu pengetahuan ke dalam 10 (sepuluh) kelas utama, 100
divisi, dan 1000 seksi (sections).
Pembagian ini didasarkan bahwa ilmu pengetahuan yang ada
saat ini harus mampu dipahami dengan baik oleh semua pihak. Untuk itu,
digunakan angka sebagai pembeda ilmu pengetahuan, pengkategorian ilmu secara
rinci, hirarki yang dapat dikembangkan setiap saat tanpa mengubah struktur yang
sudah ada dan mampu menjelaskan keterkaitan antara satu disiplin ilmu dengan
yang lainnya.
10 kelas utama dalam DDC dapat digambarkan sebagai berikut
000 � Computer science, information and general works
100 � Philosophy and psychology
200 � Religion
300 � Social sciences
400 � Language
500 � Science (including mathematics)
600 � Technology and applied science
700 � Arts and recreation
800 � Literature
900 � History and geography
Hirarki dalam DDC diekspresikan melalui struktur dan notasi. Struktur hirarki
tersebut menyatakan bahwa satu aspek pengetahuan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari topik di atasnya (broader term). Sedangkan struktur notasi
diekspresikan melalui panjangnya notasi yang dinyatakan dengan angka, di mana
angka-angka tersebut berbeda jumlahnya, baik lebih pendek maupun panjang, di
antara sub nya di dalam setiap kelas. Contohnya seperti di bawah ini :
600 Technology
630 Agriculture and related technologies
636 Animal husbandry
636.7 Dogs
636.8 Cats
Lalu di ana hubungannya dengan Dinar dan Dirham?
Di dalam tabel index relative DDC
yang disusun secara abjad, kata Dinar dan Dirham tidak tercantum, sebagai
penggantinya kita dapat digunakan kata "gold coins". Anehnya, kata
"gold coins" di dalam DDC tidak bernotasi di angka 200 (Religion)
atau 297 (Islam) atau 297.273 (Islam and economics). Kata gold and silver coins
bernotasi di angka 332.4042 yang apabila kita uraikan hirarkinya adalah sebagai
berikut:
300 Social sciences
330 Economics
332 Financial economics
332.4 Money
332.404 Form and units of money
332.4042 Gold and silver coins
Hirarki di atas menunjukkan bahwa informasi/pengetahuan mengenai Dinar dan
Dirham merupakan bagian dari salah satu kajian yang tidak dapat dipisahkan di
dalam kajian Ekonomi Keuangan. Lalu kenapa kita lebih memilih paper money dalam keseharian kita dan
menganggap Dinar emas dan Dirham perak sebagai perhiasan atau suau komoditas?
padahal Dinar dan Dirham menurut Melvil Dewey adalah form and units of money, yang tentunya dapat digunakan sebagai alat
tukar jual-beli.
Jadi, jelaslah, bahwa emas dan perak harus beredar digunakan
dalam perekonomian sehari-hari sebagai uang bukan komoditas alat
investasi.� Para ahli perpusatakaan pun
memahami hal ini.
Dibaca : 2666 kali
lainnya
- Bersyiar dengan Kasih Sayang
- Jerat Utang Runtuhkan Khilafah
- Fulus di Zaman Khalifah Umar ibn Khattab
- Konstitusionalisme Pemecah Belah Islam
- Bank Syariah, Serigala Berbulu Domba
Index kategori : Artikel