Jihad Melawan Kapitalisme
Umar Ibrahim Vadillo - World Islamic Mint-World Islamic Trading Organization
Banyak orang enggan memikirkan sistem kehidupan yang melingkupi dirinya
Banyak orang enggan memikirkan sistem kehidupan yang melingkupi dirinya. Kesibukan mengejar kesejahteraan hidup telah membuat kita tidak peduli menggugat sistem ekonomi kapitalisme yang terus menjerat kita kepada perbudakan. Tapi tidak dengan Umar Ibrahim Vadillo. Muslim asal Spanyol ini gigih memperjuangkan ide antikapitalisme yang telah membuat umat Islam terpuruk.
"Kapitalisme dan para pelakunya adalah anti-Islam. Makin lama menerapkan sistem kapitalisme dalam kehidupan, kita akan makin menjauh meninggalkan Islam," paparnya kepada Ahmad Taufiq Abdurrahman dan Fathurroji dari Majalah Gontor beberapa waktu lalu di sela-sela kunjungannya ke Indonesia. Berikut petikan wawancara dengan penulis buku The End of Economic itu:
Anda seorang insinyur, mengapa tertarik menekuni ekonomi Islam?
Ilmu
ekonomi adalah ilmu yang paling simpel. Dalam ilmu ekonomi tidak ada
hal yang sifatnya ilmiah. Walau ada beberapa bagian yang menuntut
kajian ilmiah, tapi itupun hanya kepura-puraan untuk dianggap ilmiah.
Seperti andai saya menggali ilmu logika, ilmu ekonomi hanya menjadi
bagian paling dasar. Bahkan, ilmu ekonomi dapat dinggap sebagai ilmu
yang tidak berlogika, tidak rasional, cenderung salah, atau dalam aspek
lain menjadi ortodoks layaknya sebuah agama, seperti saat mereka
menggunakan dokumen. Dan ini sangat bertentangan dengan metodologi
ilmiah.
Ilmu ekonomi Islam banyak disalahtafsirkan, seperti layaknya menafsirkan komunisme Islam. Kita tidak dapat meletakkan Islam berpaduan dengan ideologi lain untuk diyakini. Yang harus kita lakukan adalah mencari model yang tepat untuk isu ini. Kita harus bisa mencari tahu tentang pemikiran Islam sesungguhnya, baru kemudian kita coba ciptakan model perdagangan dan ekonomi yang dikehendaki Islam. Inilah yang saya lakukan. Saya tidak ingin generasi mendatang mempraktikkan islamisasi kapitalisme, seperti islamisasi perbankan, asuransi, kartu kredit, atau bursa saham untuk menjadi Islam.
Apakah ide ini menghendaki perubahan seluruh sistem yang sudah mapan saat ini?
Ide
ini seperti layaknya islamisasi yang telah banyak dilakukan oleh
beberapa kalangan kaum modernis, seperti Ikhwanul Muslimin atau Jamaah
Islamiah yang saya anggap modernis dalam hal ini. Islamisasi yang
dilakukan para praktisi perbankan bukanlah berarti ingin mereformasi
kapitalisme dan mendekatkannya kepada Islam. Islamisasi yang mereka
maksud adalah justru ingin mereformasi Islam agar dapat didekatkan
kepada kapitalisme. Karena baik secara lembaga maupun sistem, dunia
perbankan tetaplah kapitalistik. Mereka tidak pernah berusaha
menciptakan model ekonomi Islam. Bahkan, menurut mereka, ekonomi Islam
itu sebenarnya tidak pernah ada.
Isu tentang dinar, dirham, syirkah tidak pernah didengar oleh generasi kita karena para praktisi perbankan hanya berusaha mengislamkan perbankan, maupun mengislamkan asuransi hanya untuk mencegah ancaman inflasi. Ironisnya, para ulama besar dan tokoh Muslim malah menarik umat Islam ke dalam jerat kapitalisme, seperti Yusuf Qaradhawi, Hasan Al Banna, atau beberapa ulama yang dianggap sebagai modernis sekalipun. Mereka menganggap diri sebagai reformis dan petinggi perubahan dalam Islam, dan apa yang kami lakukan dianggap sebagai gerakan mundur bagi Islam. Tapi sesungguhnya yang mereka lakukan adalah membuat kehancuran Islam hingga akarnya.
Padahal yang seharusnya diterapkan adalah muamalat. Karena muamalat merupakan perilaku ekonomi Islam sesungguhnya dan sudah menjadi patron dalam berbagai aspek ekonomi Islam. Baik dalam jual beli, wakaf, zakat, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
Hal yang saya lakukan, malah justru dianggap tradisional, dan benar-benar terhancurkan. Seperti di sini (Jakarta), Anda memiliki supermarket, semua orang dapat begitu mudah menerima kehadiran Carrefour, dan berlapang menerima dolar serta menolak dinar maupun dirham. Semua hal-hal dasar dalam eonomi Islam kini benar-benar telah terlupakan. Bukankah yang diterapkan semua ini adalah kapitalisme, dan para kapitalis adalah kaum kafir? Tapi, merekalah yang mengelola ini semua.
Kalau begitu kita sulit mengubahnya?
Bagaimana
dapat dianggap sulit? Memulainya adalah dengan mengembalikan semuanya
kepada penggunaan dinar. Saya ingat cerita tentang Jalaluddin Ar-Rumi
yang pernah didatangi seseorang dan mengatakan bahwa segala yang halal
adalah tidak mungkin (sulit) didapat. Rumi memperhatikan lelaki itu
yang dirasanya seperti seorang hipokrit. Rumi lantas menjawab: "Bagaimana mungkin Allah menciptakan sesuatu yang halal lalu tidak
mungkin engkau wujudkan?" Jadi, Allah telah menciptakan sesuatu yang
halal untuk menjadi sesuatu yang mudah diwujudkan dan dicapai.
Saya rasa lelaki itu tidak mengerti akan makna sesuatu yang halal. Lihatlah ini [Vadillo memperlihatkan uang rupiah logam dan kertas], sebenarnya ini hanyalah ilusi. Begitu banyak orang berlomba meraih kertas dan ilusi ini. Mereka seperti terhipnotis untuk meraih secarik kertas yang tidak berguna ini. Kita seperti bertindak untuk menggapai sesuatu yang tidak ada (nyata). Bahkan, kita rela mengorbankan hidup, kehormatan dan tujuan hidup kita hanya untuk lembaran kertas yang tidak berharga ini, lantas membiarkan kaum kafir mengontrol kita dengannya.
Apakah itu Islam? Bukankah Islam adalah agama pencerah dan telah mengajarkan kita untuk mengerti banyak hal? Lantas bagaimana para ulama dan cendekiawan menyikapi ini? Andai mereka terus mendorong dan membiarkan tindakan kriminal terhadap alam seperti yang mereka lakukan ini, maka Allah dengan segala kuasa-Nya akan murka. Karena Dia telah mengharamkan riba, sedangkan para ulama dan cendekiawan malah membiarkannya?
Lalu bagaimana membangun kesadaran masyarakat bahwa apa yang telah mereka makan dan gunakan selama ini adalah riba?
Mengapa kita tidak tahu? Itulah inti pemikiran saya. Kita menjadi tidak tahu karena kita telah dibuat bisu.
Oleh siapa?
Oleh
seluruh generasi Islam. Coba perhatikan semua bank Islam, para
praktisinya telah melakukan tindak kriminal melebihi yang dilakukan
kaum kafir. Bukan hanya karena mereka telah melakukan riba persis
seperti bank-bank lainnya, tapi karena mereka malah menghalalkan
praktik ini. Ini menandakan mereka telah melakukan dua kejahatan. Dan
ironisnya, seluruh negeri Islam menerima tindakan ini.
Bukankah tindakan mereka ini merupakan upaya tranformasi sistem kapitalisme yang ada hingga bisa relevan dengan Islam?
Bukan.
Mereka bukan berupaya mentrasformasi kapitalisme ke dalam Islam,
tetapi mereka justru mengarahkan Islam ke dalam kapitalisme. Selama
bank Islam masih ada, maka kapitalisme pun akan terus ada. Bahkan kini,
bank-bank konvensional, seperti City Bank, UBS, dan bank-bank lain
sudah memiliki jaringan perbankan Islam.
Lihatlah yang mereka lakukan ini. Pahamkah Anda mengapa mereka menolak menggunakan dinar? Karena dinar dan dunia perbankan layaknya air dan api. Ketika penggunaan dinar diperkenalkan, maka perbankan Islam dan perbankan secara umum akan hancur. Karena itulah mereka berupaya menarik semua orang menuju kapitalisme.
Jadi, yang ada dalam perbankan Islam sebenarnya murni bisnis. Dan pola yang dilakukan adalah anti-Islam, saya istilahkan dengan double haram banking. Ini sulit dibendung karena pemasaran yang begitu kuat.
Lantas bagaimana cara mengenyahkan itu semua?
Kita
dapat memulainya dengan menggunakan sesuatu yang halal dulu, lalu akan
tumbuh kebutuhan akan sesuatu yang halal itu seperti kebutuhan kita
kepada Allah SWT. Ketika hendak mengerjakan shalat, kita pun tidak
perlu terlebih dulu bertanya kepada seorang alim dalam bidang agama,
karena kita memang telah diwajibkan untuk mengerjakannya.
Untuk menggunakan dinar, kita dapat memulainya dengan membuat komunitas pengguna dinar dan melakukan berbagai transaksi dengan dinar. Ketika menggunakan dinar dalam transaksi, kita hanya berurusan dengan diri kita sendiri, dan tidak tergantung kepada bank sentral atau orang lain.
Banyak orang beranggapan penggunaan dinar justru akan merepotkan karena harus membawa koin ke mana-mana?
Andai
itu alasannya, apakah kita harus merasa nyaman melakukan sesuatu yang
haram? Isunya bukanlah ide ini layak praktik atau tidak. Yang harus
dikaji adalah makna-makna tersirat dari ajaran menggunakan dinar. Kita
tidak bisa mempertanyakan mengapa kita harus shalat Maghrib tiga
rakaat. Karena andai itu bisa dipertanyakan maka akan muncul keberatan
untuk melakukannya, atau ada orang memilih untuk melakukan hanya dua
rakaat atau lain sebagainya.
Yang harus dipahami makna di balik penggunaan uang yang justru membuat kaum kafir dapat mengontrol kita. Hanya dengan memproduksi tumpukan kertas (dolar), Amerika dapat membeli banyak hal tanpa perlu bekerja. Yang mereka butuhkan hanya membuat seluruh dunia terhipnotis dengan sistem yang mereka terapkan. Dengan menghipnotis orang-orang maka mereka mampu menutupi wawasan ma'rifah). Jika ini terus terjadi, maka orang-orang tidak akan pernah mencapai wawasan ketuhanan (ma'rifatullah), karena yang mereka takutkan hanyalah urusan dunia.
Mereka ditunjang dengan sosok para pemimpin yang tidak tercerahkan yang menolak membicarakan urusan ini. Kita tidak perlu menunggu untuk mengubah sesuatu yang keliru.
Jadi yang sangat berperan mengubah ini semua adalah penguasa?
Betul.
Apa beda kapitalisme dengan Islam?
Kapitalisme
adalah agama yang dianut baik oleh orang-orang Kristen, Hindu, Islam,
Yahudi, atau lainnya. Semua orang kini menggunakan sistem transaksi
yang sama yakni kapitalisme, walau menggunakan ATM, warna kertas, angka
maupun logam yang berbeda. Kapitalisme dianggap sebagai sesuatu yang
tidak boleh dipertanyakan, harus dianggap sebagai sesuatu yang
ortodoks. Kita tidak dapat pergi ke bank dan berkata: "Maaf saya tidak
mau menerima bunga dari Anda karena saya agnostik." Mungkin selepas itu
Anda akan dimasukkan ke dalam bui. Karena itu kapitalisme harus kita
perangi.
Memerangi kapitalisme mungkin dapat dikategorikan sebagai jihad?
Saat
ini memang hanya ada satu jihad yaitu melawan kapitalisme. Mungkin
kaum Muslim tidak mampu membebaskan Palestina selama kapitalisme masih
menyelubungi kita.
Indonesia sebenarnya negara merdeka, tapi kenyataannya justru dikontrol oleh "tangan-tangan mahir" kapitalisme. Itulah alasan saya mengunjungi Indonesia, karena kapitalisme telah begitu kuat mencekik Indonesia di berbagai aspeknya. Coba perhatikan mata uang Anda, mungkinkah Anda menyatakan bahwa mata uang itu sebagai sesuatu yang nyata? Terlebih dibandingkan dengan koin emas?
Tiga tahun lalu, dinar emas berada pada kisaran tiga hingga empat ribu rupiah, namun lihat kini, harganya telah mencapai delapan ribu rupiah. Andapun merugi 70% selama tiga tahun ini. Karena, mata uang yang Anda gunakan itu terbuka terhadap inflasi. Begitulah cara kapitalisme mengontrol Anda. Karena itu, kapitalisme adalah bahaya besar layaknya mulut singa yang menganga, bahayanya melebihi gigitan nyamuk di tubuh Anda.
Coba perhatikan lagi, rupiah yang beredar di bank, bukanlah
rupiah dalam bentuk kertas, tetapi hanya berbentuk rupiah elektronik.
Semuanya berputar dalam sistem perbankan.
Perbandingan antara elektronik dan rupiah fisik sekitar 1:40 atau 1:50. Ini berarti kira-kira setiap satu uang kertas yang ada memiliki perputaran 40 atau 50 uang elektronik. Dan semua uang ini sifatnya kredit, yang dibuat oleh sistem perbankan. Setiap kali mereka mengeluarkan tiga triliun rupiah, mereka pun kemudian akan menambah tiga triliun rupiah dalam perputaran uang nasional. Karena itulah setiap kali Anda membeli sesuatu dengan rupiah Anda, maka setiap kali itu pula nilai rupiah Anda menurun.
Makanya, jika makin banyak, maka valuable akan berhenti, dan ketika Anda menggandakan jumlah uang yang bersirkulasi, maka nilai mata uang Anda akan menurun hingga setengahnya. Memperbanyak uang yang beredar, bukan akan membuat Anda menjadi kaya, tetapi justru membuat nilai uang Anda akan kian menurun. Begitulah dalam hitungan matematika dasarnya.
Lalu apakah yang akan terjadi kemudian?
Setelah
pemerintah menciptakan kembali uang seharga tiga triliun rupiah,
menurut saya itu diambil dari uang kita semua. Ironisnya, tiga triliun
yang diciptakan itu justru lari kepada para konglomerat.
Coba lihat, uang yang diambil dari kumpulan uang seluruh masyarakat di Nusantara, lalu kemudian hanya diberikan kepada segelintir orang yang justru memiliki uang. Karena, jika Anda ingin meminjam tiga triliun rupiah, pastilah Anda tidak akan mampu. Sebab Anda harus memiliki uang tiga triliun lain sebagai jaminan pengganti (pailit).
Begitulah yang terjadi berulang-ulang. Dari situlah maka terjadi ketidakstabilan nilai uang. Banyak orang bertanya mengapa ini terjadi. Itu terjadi karena kapitalisme telah menciptakan ketidakstabilan. Di sisi lain, kaum Muslim yang seharusnya mengatakan pola ini adalah pola kriminal, justru malah mengatakan bahwa inilah pola yang islami.
Jika
demikian, yang jadi masalah pokok adalah kapitalisme, bukan masalah
uang. Jika akan mangubahnya berarti kita harus mengubah sistemnya dulu.
Menurut Anda?
Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa
dalam sistem kapitalisme ini ada sesuatu yang keliru. Namun, selama
kita menganggapnya sebagai sesuatu yang islami, maka tentu tidak akan
menjadi masalah untuk dibahas. Kita tidak sadar tengah berada di
hadapan seekor harimau yang hendak menerkam. Bahkan kita menganggap
harimau itu sebagai kawan, walau ia akan memakan tubuh kita.
Islam memiliki model sistem ekonomi sendiri yang hampir 1400 tahun silam telah dipergunakan. Bahkan, secara lembaga pun sistem ekonomi Islam telah pernah ada beserta pilar-pilarnya.
Bisa Anda jelaskan?
Dinar menjadi hal terpenting dalam pilar ini. Lalu pasar (market
place) yang bukan seperti mal atau pusat-pusat perbelanjaan. Pasar
dalam Islam bentuknya terbuka untuk semua pedagang dari segala
kalangan. Bahkan dari luar negeri. Karenanya, dalam pasar ala Islam
akan selalu ada lokasi terbuka untuk para pedagang yang datang dari
luar negeri guna memasarkan dagangan mereka secara langsung dan bebas.
Pasar adalah fundamental. Problem besar yang dihadapi para petani adalah penjualan atau perdagangan. Tapi yang kini terjadi, para pedagang di pinggir jalan seperti meminta-minta untuk mendapatkan tempat berjualan. Ini terjadi karena model perdagangan ala Islam telah dilupakan, dikubur dan dikunci selama ratusan tahun.
Banyak orang beranggapan, jika kita kembali menggunakan sistem ini, berarti kita mundur dalam melangkah?
Mereka berkata demikian karena ego. Penggunaan dinar akan membuat kita maju. Penggunaan rupiah yang akan membuat kita mundur.
Inilah masa kegelapan kapitalisme. Orang-orang dibutakan untuk menyatakan bahwa menggunakan segala sesuatu (selain kapitalisme) adalah sebuah kemunduran. Inilah propaganda untuk menumbuhkan keyakinan bahwa Islam justru akan membawa kemunduran dan peradaban Barat adalah kemajuan. Padahal sebenarnya, dengan kapitalisme akan membuat kita seperti hidup di neraka. Kita akan menemui banyak ketidakadilan, ketidakstabilan. Karena semua itu melawan kehendak Allah SWT. Kita tidak akan mendapatkan berkah selama menggunakan kapitalisme yang berbaur riba ini.
Ketika Allah menyingkirkan berkah dalam hidup kita, maka kita akan buta akan segalanya. Yang ada dalam diri kita hanya rasa takut. Bahkan kita akan menjadi lebih hina daripada binatang. Kita akan menjadi seperti anjing buta nan bodoh di tengah jalan.n
Umar brahim Vadillo dikenal sebagai "Father of Dinar". Ia lahir pada 1964 di Spanyol dari keluarga Katolik Ortodoks. Alumnus Abraham Engineering dengan kekhususan Economic Engineering ini tercerahkan memeluk Islam pada 1996. Walau lahir dan tumbuh di tengah-tengah keluarga Kristen, tapi Vadillo mengaku ia hanya penganut Kristen secara budaya dan tidak mengimaninya.
Sebelum memeluk Islam, Vadillo pernah masuk dalam komunitas anarkis berlatar belakang politis yang berslogan "Tidak ada tuhan" atau ibarat "la ilaha" tanpa "Allah".
Pada 1999, ayah sembilan anak ini menulis buku Islamic Critique of Economic. Dalam buku itu Vadillo menegaskan, upaya umat Islam untuk mengislamkan perbankan sama seperti upaya mengislamkan wiski. Vadillo menganggap mereka telah salah jalan. Inilah yang menginspirasinya menulis buku The End of Economic.
Dibaca : 3150 kali
lainnya
- Ceramah Moussem 2012
- Mengembalikan Hari Pasaran di Jakarta
- Memilih Barisan
- Kepalsuan Sapaan Ya Akhi
- Kelola Dana Haji dalam Dinar
Index kategori : Artikel