29-11-2012 , Kamis Pagi
DINAR EMAS
Nisfu (1/2) Dinar - Rp. 1.167.500,-
Dinar - Rp. 2.335.000,-
Dinarayn - Rp. 4.670.000,-
DIRHAM PERAK
Daniq (1/6) Dirham - Rp. 11.333,-
Nisfu (1/2) Dirham - Rp. 34.000,-
Dirham - Rp. 68.000,-
Dirhamayn - Rp. 136.000,-
Khamsa - Rp. 340.000,-
HARGA EMAS PERAK DUNIA
Sultan Abdulhamid II Pembela Sejati Palestina
-
Sebuah catatan sejarah yang wajib diketahui dan dipahami umat Islam yang mengingingkan Palestina kembali ke pangkuan Muslim. Nukilan dari catatan harian Sultan
"Anakku,
ayah melihat orang-orang di sini sudah mulai memuji paras cantikmu.
Maka mulai hari ini ayah ingin kamu mengenakan hijab dengan sempurna,
karena kamu sudah menjadi wanita dewasa sekarang." Untaian
kata penuh kasih sayang itu dituturkan dengan suara lembut oleh
Sultan Abdul Hamid II kepada anaknya Aishah saat mereka tengah
melintas di depan Masjid Hamidiye Yildiz...
Di depan masjid
ini, terlalu banyak kisah yang memilukan hati menimpa diri dan
keluarga Sultan. Percobaan pembunuhan dengan meletakkan bom di dalam
kereta kuda Sultan, terjadi berselang beberapa saat usai shalat
Jumat. Allah masih menghendaki Sultan Abdul Hamid tetap bertakhta.
Upaya menghabisi nyawa orang nomor satu di dunia Islam itu kandas.
Di depan istana ini, Sultan sering melaksanakan shalat dan
keluar menyapa rakyat yang selalu dekat di hatinya.
Di situ
juga, Sultan sesekali menunggang kuda ditemani anaknya Aishah, sambil
menitahkan arti penting menegakkan syariah bagi muslimah. Sejak saat
itu anaknya berhijab sempurna, ini menandakan putrinya Aishah Osmanuglu telah memasuki usia aqil baligh.
Istana
Yildiz yang terbuat dari kayu ini adalah tempat tinggal pilihan
Sultan Abdul Hamid II, setelah beliau meninggalkan segala bentuk
kemewahan kaum keluarganya yang sebelum ini di Istana Dolmabahce.
Sultan Abdul Hamid II, lahir pada hari Rabu, 21 September
1842. Dengan nama lengkap Abdul Hamid Khan II bin Abdul Majid Khan.
Sultan adalah putra Abdul Majid dari istri kedua beliau. Ibunya
meninggal saat Abdul Hamid berusia 7 tahun. Sultan menguasai bahasa
Turki, Arab, dan Persia. Senang membaca dan bersyair.
Sebelumnya kekhalifahan
dipimpim pamannya yaitu Abdul Aziz yang berkuasa cukup
lama..digulingkan kemudian dibunuh oleh musuh politik Khilafah
Utsmaniyyah mewariskan negara dalam kondisi yang carut marut.
Tunggakkan hutang luar negeri, parlemen yang mandul, campur tangan
asing di dalam negeri, tarik menarik antar berbagai kepentingan Dewan
Negara dan Dewan Menteri serta birokrat-birokrat yang korup.
Bujuk Rayu oleh Yahudi
Abdul Hamid mengemban amanah
memimpin sebuah daulah yang luasnya membentang dari timur dan barat.
Di tengah situasi yang genting dan kritis itu. Beliau menghabiskan
30 tahun kekuasaan sebagai Khalifah dengan dikelilingi konspirasi,
intrik, fitnah dari dalam negeri sementara dari luar negeri ada
perang, revolusi, dan ancaman disintegrasi dan tuntutan berbagai
perubahan yang senantiasa terjadi.
Termasuk upaya-upaya
sistematis yang dilakukan kaum Yahudi untuk mendapatkan tempat
tinggal permanen di tanah Palestina, bagian dari wilayah
kekhalifahan Utsmaniyyah. Berbagai langkah dan strategi dilancarkan
oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding khilafah Utsmaniyyah, agar
mereka dapat memasuki Palestina.
Pertama, pada 1892,
sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada sultan Abdul
Hamid, untuk mendapatkan ijin tinggal di Palestina. Permohonan itu
dijawab sultan dengan ucapan "Pemerintan Ustmaniyyah
memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki,
bahwa mereka tidak akan diijinkan menetap di Palestina",
mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat, sehingga
duta besar Amerika turut campur tangan.
Kedua, Theodor
Hertzl, penulis Der Judenstaat (Negara Yahudi), pendiri negara
Israel sekarang, pada 1896 memberanikan diri menemuai Sultan Abdul
Hamid sambil meminta ijin mendirikan gedung di al Quds. Permohonan
itu dijawab sultan "Sesungguhnya Daulah Utsmani ini adalah milik
rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu
simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri".
Melihat keteguhan Sultan, mereka kemudian membuat strategi
ketiga, yaitu melakukan konferensi Basel di Swiss, pada 29-31 agustus
1897 dalam rangka merumuskan strategi baru menghancurkan Khilafah
Ustmaniyyah.
Karena gencarnya aktivitas Yahudi Zionis
akhirnya Sultan pada 1900 mengeluarkan keputusan pelarangan atas
rombongan peziarah Yahudi di Palestina untuk tinggal di sana lebih
dari tiga bulan, paspor Yahudi harus diserahkan kepada petugas
khilafah terkait. Dan pada 1901 Sultan mengeluarkan keputusan
mengharamkan penjualan tanah kepada Yahudi di Palestina.
Pada
1902, Hertzl untuk kesekian kalinya menghadap Sultan Abdul Hamid
untuk melakukan risywah (Menyogok) . Di antara risywah yang
disodorkan Hertzl kepada Sultan adalah :
1. 150 juta
poundsterling Inggris khusus untuk Sultan.
2. Membayar semua
hutang pemerintah Ustmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling
Inggris.
3. Membangun kapal induk untuk pemerintah, dengan
biaya 120 juta Frank
4. Memberi pinjaman 5 juta poundsterling
tanpa bunga.
5. Membangun Universitas Ustmaniyyah di
Palestina.
Semuanya ditolak Sultan, bahkan Sultan tidak mau
menemui Hertzl, diwakilkan kepada Tahsin Basya, perdana menterinya,
sambil mengirim pesan, "Nasihati Mr Hertzl agar jangan
meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal
tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak
umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan
mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silakan
menyimpan harta mereka. Jika Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada
suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar
harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela
menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina
dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah
sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan
tubuh kami selagi kami masih hidup."
Sejak saat itu kaum
Yahudi dengan Zionisme melancarkan gerakan untuk menumbangkan Sultan.
Dengan menggunakan jargon-jargon "liberation", "freedom",
dan sebagainya, mereka menyebut pemerintahan Abdul Hamid II sebagai
"Hamidian Absolutism", dan sebagainya.
"Sesungguhnya
aku tahu, bahwa nasibku semakin terancam. Aku dapat saja hijrah ke
Eropa untuk menyelamatkan diri. Tetapi untuk apa? Aku adalah Khalifah
yang bertanggungjawab atas umat ini. Tempatku adalah di sini. Di
Istanbul!" Tulis Sultan Abdul Hamid dalam catatan hariannya.
Kudeta pun
Dilangsungkan
Malam itu, 27 April
1909 Sultan Abdul Hamid dan keluarganya kedatangan beberapa orang
tamu tak diundang. Kedatangan mereka ke Istana Yildiz menjadi catatan
sejarah yang tidak akan pernah terlupakan. Mereka mengatasnamakan
perwakilan 240 anggota Parlemen Utsmaniyyah- di bawah tekanan dari
Turki Muda-yang setuju penggulingan Abdul Hamid II dari kekuasaannya.
Senator Sheikh Hamdi Afandi Mali mengeluarkan fatwa tentang
penggulingan tersebut, dan akhirnya disetujui oleh anggota senat yang
lain. Fatwa tersebut terlihat sangat aneh dan setiap orang pasti
mengetahui jejak perjuangan Abdul Hamid II bahwa fatwa tersebut
bertentangan dengan realitas di lapangan.
Keempat utusan itu
adalah Emmanuel Carasso, seorang Yahudi warga Italia dan wakil rakyat
Salonika (Thessaloniki) di Parlemen Utsmaniyyah (Meclis-i Mebusan)
melangkah masuk ke istana Yildiz. Turut bersamanya adalah Aram
Efendi, wakil rakyat Armenia, Laz Arif Hikmet Pasha, anggota Dewan
Senat yang juga panglima militer Utsmaniyyah, serta Arnavut Esat
Toptani, wakil rakyat daerah Daraj di Meclis-i Mebusan.
"Bukankah
jam-jam seperti ini adalah waktu saat aku harus menunaikan
kewajibanku terhadap keluarga. Tidak bisakah kalian bicarakan masalah
ini besok pagi?" Sultan Abdul Hamid tidak leluasa menerima
kedatangan mereka yang kelihatannya begitu tiba-tiba dan mendesak.
Tidak ada simpati di raut wajah mereka.
"Negara telah
memecat Anda!" Esat Pasha memberitahu kedatangannya dengan
angkuh. Kemudian satu persatu wajah anggota rombongan itu
diperhatikan dengan seksama oleh Sultan.
"Negara
telah memecatku, itu tidak masalah,.. tapi kenapa kalian membawa
serta Yahudi ini masuk ke tempatku?" Spontan Sultan marah
besar sambil menudingkan jarinya kepada Emmanuel Carasso.
Sultan
Abdul Hamid kenal benar siapa Emmanuel Carasso itu. Dialah yang
bersekongkol bersama Theodor Herzl ketika ingin mendapatkan izin
menempatkan Yahudi di Palestina. Mereka menawarkan pembelian ladang
milik Sultan Abdul Hamid di Sancak Palestina sebagai tempat pemukiman
Yahudi di Tanah Suci itu. Sultan Abdul Hamid menolaknya dengan tegas,
termasuk alternatif mereka yang mau menyewa tanah itu selama 99
tahun.
Pendirian tegas Sultan Abdul Hamid untuk tidak
mengizinkan Yahudi bermukim di Palestina, telah menyebabkan Yahudi
sedunia mengamuk. Harga bagi Sultan pun terlalu mahal. Sultan Abdul
Hamid kehilangan takhta, dan Khilafah disembelih agar tamat
riwayatnya.
Jelas terlihat bahwa saat tersebut adalah saat
pembalasan paling dinanti oleh Yahudi, di mana Abdul Hamid II yang
telah menolak menjual Palestina pada mereka, telah mereka tunjukkan
di depan muka Abdul Hamid II sendiri bahwa mereka turut ambil bagian
dalam penggulingannya dari kekuasaan. Mendung menggelayuti wajah
Abdul Hamid II dan wajah Khilafah Islamiyah.
"Sesungguhnya
aku sendiri tidak tahu, siapakah sebenarnya yang memilih mereka ini
untuk menyampaikan berita penggulinganku malam itu." Sultan
Abdul Hamid meluapkan derita hatinya di dalam catatan hariannya.
Rencana menggulingkan Sultan sebenarnya sudah disiapkan lama
sebelum malam itu. Beberapa Jumat belakangan ini, nama Sultan sudah
tidak disebut lagi di dalam khutbah-khutbah.
"Walaupun
Anda dipecat, kelangsungan hidup Anda berada dalam jaminan kami.."
Esat Pasha menyambung pembicaraan.
Sultan Abdul Hamid
memandang wajah puteranya Abdul Rahim, serta puterinya yang terpaksa
menyaksikan pengkhianatan terhadap dirinya. Malang sungguh anak-anak
ini terpaksa menyaksikan kejadian yang memilukan malam itu.
"Bawa
adik-adikmu ke dalam." Sultan Abdul Hamid menyuruh Amir
Abdul Rahim membawa adik-adiknya ke dalam kamar.
"Aku
tidak membantah keputusanmu. Cuma satu hal yang kuharapkan.
Izinkanlah aku bersama keluargaku tinggal di istana Caragan.
Anak-anakku banyak. Mereka masih kecil dan aku sebagai ayah perlu
menyekolahkan mereka." Sultan Abdul Hamid meminta
pertimbangan.. Sultan sadar akan tidak ada gunanya membantah
keputusan yang dibawa rombongan itu. Itulah kerisauan terakhir Sultan
Abdul Hamid. Membayangkan masa depan anak-anaknya yang banyak.
Sembilan laki-laki dan tujuh perempuan.
Permintaan Sultan
Abdul Hamid ditolak mentah-mentah oleh keempat orang itu. Malam itu
juga, Sultan bersama para anggota keluarganya dengan hanya mengenakan
pakaian yang menempel di badan diangkut di tengah gelap gulita menuju
ke stasiun kereta api Sirkeci. Mereka digusur pergi meninggalkan bumi
Khilafah, ke istana kumuh milik Yahudi di Salonika, tempat
pengasingan sebelum seluruh khalifah dimusnahkan di tangan musuh
Allah.
Khalifah terakhir umat Islam, dan keluarganya itu
dibuang ke Salonika, Yunani. Angin lesu bertiup bersama gerimis salju
di malam itu. Pohon-pohon yang tinggal rangka, seakan turut sedih
mengiringi tragedi memilukan itu.
Di Eminonu, terlihat Galata
di seberang teluk bersedih. Bukit itu pernah menyaksikan kegemilangan
Sultan Muhammad al-Fatih dan tentaranya yang telah menarik 70 kapal
menyeberangi bukit itu dalam tempo satu malam. Mereka menerobos teluk
Bosphorus yang telah dirantai pintu masuknya oleh Kaisar
Constantinople. Sejarah itu sejarah gemilang. Tak akan pernah hilang.
Terhadap peristiwa pemecatannya, Sultan Abdul Hamid II
mengungkap kegundahan hatinya yang dituangkan dalam surat kepada
salah seorang gurunya Syekh Mahmud Abu Shamad yang berbunyi:
"Saya
meninggalkan kekhalifahan bukan karena suatu sebab tertentu,
melainkan karena tipu daya dengan berbagai tekanan dan ancaman dari
para tokoh Organisasi Persatuan yang dikenal dengan sebutan Cun Turk
(Jeune Turk), sehingga dengan berat hati dan terpaksa saya
meninggalkan kekhalifahan itu. Sebelumnya, organisasi ini telah
mendesak saya berulang-ulang agar menyetujui dibentuknya sebuah
negara nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina. Saya tetap tidak
menyetujui permohonan beruntun dan bertubi-tubi yang memalukan ini.
Akhirnya mereka menjanjikan uang sebesar 150 juta pounsterling emas.
Saya tetap dengan tegas menolak tawaran itu. Saya menjawab
dengan mengatakan, 'Seandainya kalian membayar dengan seluruh isi
bumi ini, aku tidak akan menerima tawaran itu. Tiga puluh tahun lebih
aku hidup mengabdi kepada kaum Muslimin dan kepada Islam itu sendiri.
Aku tidak akan mencoreng lembaran sejarah Islam yang telah dirintis
oleh nenek moyangku, para Sultan dan Khalifah Uthmaniah. Sekali lagi
aku tidak akan menerima tawaran kalian.'
Setelah mendengar
dan mengetahui sikap dari jawaban saya itu, mereka dengan kekuatan
gerakan rahasianya memaksa saya menanggalkan kekhalifahan, dan
mengancam akan mengasingkan saya di Salonika. Maka terpaksa saya
menerima keputusan itu daripada menyetujui permintaan mereka.
Saya
banyak bersyukur kepada Allah, karena saya menolak untuk mencoreng
Daulah Uthmaniah, dan dunia Islam pada umumnya dengan noda abadi yang
diakibatkan oleh berdirinya negeri Yahudi di tanah Palestina. Biarlah
semua berlalu. Saya tidak bosan-bosan mengulang rasa syukur kepada
Allah Ta'ala, yang telah menyelamatkan kita dari aib besar itu.
Saya rasa cukup di sini apa yang perlu saya sampaikan dan
sudilah Anda dan segenap ikhwan menerima salam hormat saya. Guruku
yang mulia. mungkin sudah terlalu banyak yang saya sampaikan. Harapan
saya, semoga Anda beserta jama'ah yang anda bina bisa memaklumi semua
itu."
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
22
September 1909
ttd
Pelayan Kaum Muslimin
(Abdul
Hamid bin Abdul Majid)
Semua Diakhiri
dengan Perampasan oleh Bank
Deru langkah
tentara kedengaran melangkah menuju istana. Meriam ditembakkan
sebagai tanda Sultan Mehmed V dinobatkan menjadi penguasa
Utsmaniyyah. Resmilah malam itu Sultan Mehmed V menjadi Khalifah ke
99 umat Islam terhitung sejak Abu Bakr al-Siddiq ra. Tetapi khalifah
yang satu ini sudah tidak memiliki kekuasaan apa-apa. Hanya boneka
pengumpan yang hanya akan mempercepat pemberontakan untuk pembubaran
Khilafah Utsmaniyyah.
"Entahlah, di saat hidup dan
matiku tidak menentu, aku merasa begitu tenang dan aman. Seperti
sebuah gunung besar yang selama ini mengendap di dadaku, ketika
diangkat terasa lega!" keluh Sultan Abdul Hamid
Sultan
Abdul Hamid mengusap kepala anaknya Abdul Rahim yang menangis
ketakutan. Anak-anaknya yang lain turut menangis. Perjalanan dari
Sirkeci Istanbul menuju ke Salonika Yunani penuh misteri.
"Sabarlah
anak-anakku. Jika Allah mengkehendaki kematian bagi kita, bukankah
kematian itu kesudahan untuk semua." Sultan Abdul Hamid
memberi motivasi kepada seluruh kerabatnya saat.Kereta api tengah
meluncur laju. Bumi khilafah ditinggalkan di belakang. Sejarah
kegemilangan 600 tahun Bani Usman, berakhir malam itu. Balutan hitam
yang mustahil untuk diputihkan kembali.
Di tengah suasana
malam yang sejuk, Sultan Abdul Hamid II melonjorkan kakinya di atas
bangku kereta api sambil dipijit-pijit oleh anaknya Fatimah.
"Sabarlah anakku, negara tidak tahu apa yang telah
mereka lakukan kepada umat Muhammad ini." Sultan mengusap
wajahnya yang berlinangan air mata.
Terlalu lama Sultan dan
keluarganya dikurung di istana kumuh milik Yahudi itu. Mereka
dikurung dalam kamar tanpa perabotan sama sekali. Pintu dan jendela
dilarang dibuka. Hari demi hari, adalah penantian kematian sebelum
mati bagi Sultan dan keluarganya. Akhirnya pada tahun 1912, Sultan
Abdul Hamid dipulangkan ke Istanbul, akan tetapi anak-anaknya
dipisah-pisahkan, bercerai berai. Dibuang ke Perancis menjadi
pengemis yang hidup terlunta-lunta di emperan jalan.
Kondisi
di pembuangan Salonika atau di istana tua Beylerbeyi Istanbul sama
saja bahkan lebih parah. Sultan dan beberapa anggota keluarganya yang
tersisa tidak dibenarkan keluar sama sekali hatta sekedar pergi ke
perkarangan istana kecuali untuk shalat Jumat di luar istana,
tentunya dengan penjagaan yang super ketat. Makanan untuk Sultan dan
putera puterinya ditakar sedemikian rupa, dengan kualitas makanan
yang sangat rendah bahkan seluruh hartanya dirampas habis oleh
tentera Ataturk.
Hari-hari yang dilalui Sultan dalam
pembuangan dan pengasingan sangat menyedihkan. Dia dan keluarganya
selalu diancam akan dibunuh, istana tua itu akan diledakkan. Pada
suatu pagi selesai shalat Subuh, Sultan memanggil puteranya, Abdul
Rahman. Dialah ahli waris terpenting setelah ketiadaan Sultan nanti.
"Kita akan berikan semua harta kita kepada pihak
tentara karena mereka memaksa kita menyerahkannya. " Keluh
Sultan kepada Abdul Rahman dengan nada sedih.
Puteranya itu
menangis terisak hebat. Dia menjadi amat takut dengan para tentara
yang bengis itu. Beberapa hari kemudian di lobi Deutche Bank,
Istanbul, terjadi serah terima secara paksa semua harta Sultan,
termasuk seluruh tabungan Sultan kepada pihak tentara.
Sultan
tinggal di istana tua sebagai penjara di Beylerbeyi selama 6 tahun
dalam kondisi yang sangat memperihatinkan. Tubuh kurus kering dan
mengidap penyakit paru yang akut. Sultan benar-benar diisolasi dari
dunia luar, sampai-sampai untuk mengobati penyakit saja dipersulit.
"Maafkan saya, Tuanku. Mereka tidak mengijinkan saya
untuk hadir lebih awal," dokter yang merawat Sultan Abdul
Hamid sambil berbisik. Nafas Sultan Abdul Hamid turun naik. Penyakit
asthmanya semakin serius. Dokter sudah tidak dapat berbuat apa-apa
lagi.
Sultan Abdul Hamid II menghembuskan nafas terakhir
dalam penjara Beylerbeyi pada 10 Februari, 1918. Kepergiannya
diratapi seluruh penduduk Istanbul karena mereka sudah sadar. Berkat
kebodohan mereka membiarkan Khilafah Utsmaniyyah dilumpuhkan setelah
pencopotan jabatan khilafahnya, 10 tahun yang lalu. Menangislah.
tiada sejarah yang mampu memadamkan penyesalan itu. Wa.Islama!!!
Sumber:
Harb, Muhammad (1998).. Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II. Darul Qalam. Asy-Syalabi, Ali Muhammad (2003). Bangkit dan Runtuhnya Khilafah 'Utsmaniyah. Pustaka Al-Kautsar, 403-425
http://www.dakwatuna.com/2009/demi-palestina-sultan-hidup-merana/
Dibaca : 2663 kali
lainnya
- Mengembalikan Hari Pasaran di Jakarta
- Memilih Barisan
- Kepalsuan Sapaan Ya Akhi
- Kelola Dana Haji dalam Dinar
- Memahami Muhtasib dan Pencetakan Dinar Dirham
Index kategori : Artikel